Tuesday, October 17, 2006

Poskup 171006

Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus
Oleh Pieter da Santo

UNTUK Kota Kupang, salah satu kegiatan kampus yang sudah menjadi sangat biasa ialah wisuda sarjana. Tidak terlalu mengherankan karena Kota Kupang memiliki lebih dari 30-an perguruan tinggi. Setiap tahunnya Kota Kupang mencetak tidak kurang dari 2.000-an sarjana-sarjana baru. Memang, produk Kota Kupang untuk bidang yang satu ini yaitu sumber daya manusia adalah luar biasa! Belum dihitung yang di Flores, Sumba, daratan Timor di luar Kupang. Belum lagi yang menyelesaikan studinya di luar NTT.
Dalam setiap acara wisuda ada sebuah lagu, yang mau tidak mau harus dilantun-nyanyikan dengan penuh semangat. Lagu tersebut sudah menjadi semacam "lagu kampus" : Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus (baca : Gaudeamus ijitur, yuvenes dum sumus). Bahwa apakah para wisudawan dan wisudawati atau anggota koor yang menyanyikan lagu tersebut sekaligus dirigennya maupun hadirin yang mengikuti acara wisuda tersebut mengetahui juga arti kata-kata itu dalam bahasa Indonesia, itu soal lain lagi.
Sejarah etnis sebuah bangsa
Membaca buku Mosaik Amerika - Thomas Sowell, 1981 terjemahan Nin Bakdisoemanto, Pustaka Sinar Harapan, 1989 setebal 452 halaman itu, membuat kita tercengang-cengang. Sampai menjadi sebagai bangsa Amerika yang sangat terkenal sekarang ini, bangsa yang sangat hebat luar-dalamnya, bangsa yang sangat tegar dan yang sangat percaya akan kemampuan dirinya, bangsa yang tinggi pula rasa harga dirinya merupakan sebuah cerita perjalanan sejarah yang sangat panjang.
Kedatangan begitu banyak kelompok etnis dari seluruh dunia pada awal abad ke-19 sampai tiga dasawarsa pertama abad ke-20 yang kemudian secara bersama-sama membentuk "Amerika" sekarang ini, memang harus diacungkan jempol.
Imigrasi awal orang Jerman ke Amerika adalah orang-orang Jerman yang tinggal di Belanda yang lantas mendiami New Amsterdam, yang kelak menjadi New York sekarang ini. Orang Jerman adalah kelompok terbesar yang berimigrasi ke Amerika dan mereka telah memainkan peranan penting dalam sejarah Amerika. Mereka membangun industri, pertambangan, pendidikan, pertahanan militer, juga makanan dan pola rekreasi Amerika. Jembatan-jembatan gantung, besi, baja, mobil, piano, mesin las, coklat batangan, merek-merek bir terkenal adalah hasil-hasil produksi yang dirintis oleh orang Amerika keturunan Jerman. Tradisimiliter Jerman memberi Amerika "masuk hitungan" dalam sejarah dunia. Bahkan jenderal-jenderal yang memimpin pasukan Amerika melawan Jerman untuk memenangkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II, yaitu Pershing dan Eisenhower adalah keturunan Jerman.
Orang Yahudi yang datang ke Amerika secara besar-besaran terjadi pada dasawarsa terakhir abad ke-19 dan dua dasawarsa pertama abad ke-20. Mereka bukan keluar dari Israel tetapi dari banyak negara di Eropa terutama dari Jerman, Rusia dan Eropa Timur lainnya. Orang tidak pernah tahu bahwa Perdana Menteri Israel, Golda Meir lahir di Milwaukee, Amerika Serikat.
Belum lagi cerita panjang mengenai orang-orang Irlandia, Scotlandia, Italia, Perancis, Belanda, Polandia dan negara-negara Eropa lainnya, juga Cina dan Jepang, Meksiko maupun Puerto Rico dan terlebih lagi orang kulit hitam, Afrika. Orang juga tidak pernah menyangka bahwa selama lebih dari satu abad, Liberia, sebuah negara di pantai barat Afrika diperintah oleh keturunan budak Negro Amerika yang dibebaskan. Orang juga sudah lupa bahwa presiden pertama Irlandia, Eamon de Valera, lahir di Brooklyn, New York.
Semua mereka, pendatang-pendatang baru itu bersatu-padu "menantang" Amerika, suatu tanah yang penuh janji bagi kehidupan yang lebih baik daripada di tanah airnya sendiri sekaligus tanah yang penuh tantangan dan marabahaya. Selain berhadapan dengan penduduk asli kulit merah, Indian maka tantangan yang paling berat yaitu keadaan alam Amerika sendiri. Padang rumput yang maha luas, Llano Estacado terbentang hampir seluas dua-pertiga benua Eropa harus ditaklukan. Belum lagi sungai-sungai besarnya, Mississippi, Ohio, Missouri, Tennessee, Rio Grande del Norte. Pegunungan Rocky dan Sierre Nevada, juga danau-danau besar Superior, Michigan, Eire dan Ontario - semuanya ini, bagaimanapun beratnya harus juga ditaklukan.
Mereka, perintis-perintis Amerika itu dengan bersukaria dan bersemangat baja bukan saja hanya yang tua-tua tetapi terutama yang muda-muda mulai membanting-tulang dengan semangat membaja yang berkobar-kobar, membuka dan terus membuka daerah-daerah baru untuk lahan pertanian dan peternakan sementara di pantai-pantai timur Amerika perdagangan berjalan sangat lancar. Kerja keras itu akhirnya mewujudkan Amerika sekarang ini, Amerika yang sangat perkasa. Mereka tidak pernah mengenal lelah, tidak mau hidup santai tetapi berjuang dan terus berjuang. Generasi yang satu hilang, muncul generasi berikutnya, pante-rei, terus mengalir, patah tumbuh hilang berganti dan begitu seterusnya.
Bagaimana dengan kita?
Berkat kemampuan dan kerja kerasnya, Amerika hampir setengah abad yang lalu mulai menaklukkan ruang angkasa yang maha luas itu. Badan Ruang AngkasaAmerika yang super canggih yang kerjanya hanya mau "mengobrak-abrik isi perut susunan tata-surya" kita bernama : NASA (National Aeronautics Space Administration). Di sana duduklah orang-orang pandai dan pintar-pintar, mereka menghitung dan terus menghitung, meneliti dan terus meneliti, percobaan dan percobaan. Mereka pekerja-pekerja keras yang tidak pernah mengenal kata menyerah.
Lalu, apakah hubungan dengan Indonesia, khususnya kita di NTT dengan semua cerita ini? Bagi kita, tidak usah berpikir Indonesialah karena nanti terlalu luas. Tetapi mari kita coba berpikir tentang NTT saja. Dua riburan sarjana yang dicetak di NTT setiap tahun bukan suatu angka kecil. Dalam lima tahun NTT telah memiliki belasan ribu sarjana dari semua tingkat disiplin ilmu. Dan apa yang sudah dibuat oleh para alumni tersebut dengan disiplin ilmunya masing-masing untuk NTT tercinta?
Cerita tentang kerja keras bangsa Amerika di atas hanyalah sebuah contoh saja. Selagi kita masih muda dan kuat, janganlah kita berpang-ku-tangan, bermalas-malasan. Buang jauh-jauh filsafah hidup HG (harap gampang), tetapi marilah kita dengan bersemangat dan bersuka-ria mulai membangun, paling tidak membangun diri sendiri agar menjadi orang yang berguna untuk NTT.
Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus-- Marilah bersukaria, bersukaria selagi kita masih mudah. Itulah nyanyian yang terdengar pada saat kita diwisuda dan yang seharusnya terus bergema dalam relung hati kita sebagai isyarat untuk tetap bersemangat, membanting-tulang dan mau berkeringat membangun NTT betapa pun besarnya halangan dan tantangan yang ada di depan kita.
Kalau Amerika ada NASA-nya yang begitu luar biasa dan yang sangat mengagumkan itu, maka di Indonesia kebanyakan kita hanya mengenal NAZA - (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif). Kita semua tahu apa arti kata-kata ini, barang-barang yang sangat-sangat berbahaya, baik bagi diri kita sendiri terutama bagi masa depan kita. Penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap NAZA di Indonesia sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan (H Dadang Hawari, 2001).
Oleh karena itu, selagi kita masih muda dan kuat janganlah kita bergaul dan berteman terus dengan yang namanya ganja, morfin, heroin, putaw, kokain, ekstasi, shabu-shabu dan zat-zat adiktif lainnya dan terutama di Kota Kupang. Karena semuanya itu hanya akan merusak dan membinasakan diri sendiri. Semuanya itu hanya akan merusak kepribadian kita, menimbulkan kecemasan-kecemasan dan depresi.
Bersuka-rialah dengan bekerja keras, menantang badai dan halangan untuk hari esok yang lebih baik. Ilmu sudah punya, masih kuat dan muda pula, lalu apanya yang kurang? Tidak ada orang yang akan menolong kita selain diri kita sendiri. Begitu sulitnya menjadi PNS sekarang ini sehingga yakinkan diri sendiri bahwa "cari makan" bukan hanya menjadi PNS saja tetapi di luar itu masih banyak yangmenjanjikan bahkan kehidupan akan jauh lebih baik daripada menjadi PNS (yang tidak korupsi lhooo).
Kalau ini sudah menjadi tekad kita maka "kejayaan" NTT yang dibangun oleh anak kandungnya sendiri pasti akan terwujud. Ingat, generasi kita mendatang memiliki hak untuk memperoleh keadaan NTT yang jauh lebih baik dari sekarang.

Penulis, staf pengajar FH Undana Kupang

No comments: