Friday, April 21, 2006

Poskup 210406

Selamat datang Uskup Maumere (1)
Pengemban jabatan rasul


Pengantar Redaksi
MINGGU 23 April 2006, bumi Sikka mengukir sejarah. Pada Minggu Putih (Minggu setelah Hari Raya Paskah) ini, umat Katolik di Sikka resmi memiliki seorang uskup. Tetapi, siapakah sesungguhnya seorang uskup? Seperti apa jabatannya? Mengapa ada uskup agung? Siapakah uskup sufragan? Ikuti tulisan tentang uskup mulai hari ini yang diramu Kelompok Menulis Koran Ledalero (KMK-Ledalero) dan wartawan Pos Kupang, Tony Kleden.

MAUMERE mesti dan harus berbangga. Medio tahun 1988, Tahun Maria (nasional) digelar di kota panas ini. Oktober 1989, mendiang Paus Yohanes Paulus II, menjejakkan kaki dan ‘meletakkan kepala’-nya di kota tsunami ini. Sekarang Gelora Samador, gelora yang sama, akan menjadi sorotan mata seluruh warga Sikka, ketika Romo Vinsensius Sensi Potokota, Pr, resmi diurapi menjadi Uskup Maumere.
Setelah menerima urapan dari uskup pentahbis dalam upacara misa meriah itu, sang gembala akan berpaling kepada umat dan dengan seruan dari uskup pentahbis: "Inilah uskupmu", sang uskup baru itu diperkenalkan kepada seluruh umat. Selanjutnya, dengan tongkat di tangan, beliau akan memberkati umatnya. Inilah titik mulai sebuah perjalanan penggembalaan kawanan domba di tanah Sikka ini. Seorang uskup, bapak dan gembala hadir di antara umatnya.
Kata uskup secara etimologis berasal dari kata bahasa Yunani, episkopos yang berarti penilik atau pengawas. Term ini memang jarang dipakai dalam Kitab Suci (Kis 20:28; Fil 1:1; 1 Tim 3:1-7; 1 Ptr 2:25). Di dalam teks-teks ini peran uskup dapat disebut sebagai pengawas atau penilik kehidupan jemaat dalam kesetiaan kepada ajaran para rasul. Gereja sebagai kumpulan orang-orang yang mengimani Kristus sebagai Putera Allah memang membutuhkan struktur dan jabatan-jabatan tertentu, yang belum serentak jelas pada awalnya. Kurangnya penyebutan pengertian uskup di dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa pada awal terbentuknya gereja, ada banyak model komunitas masing-masing dengan struktur kepemimpinannya sendiri. Kenyataan ini terjadi hingga sekitar awal abad pertama.
Dalam perkembangan gereja selanjutnya, ketika pertambahan jumlah umat begitucepat, dibutuhkan ketegasan dan kejelasan mengenai jabatan dan fungsi pengabdian yang mengacu pada ajaran para rasul dan meneruskan karya-karya mereka. Jabatan-jabatan gerejani yang terbentuk di satu pihak harus menunjukkan kesetiaan kepada sumbernya, tetapi pada pihak lain mesti disesuaikan dengan tuntutan pelaksanaan tugas-tugas yang diemban oleh gereja, yakni martyria (kesaksian iman), leiturgia (kebaktian) dan diakonia (pelayanan). Berdasarkan pertimbangan ini, lalu dikenal tiga tingkatan jabatan yaitu penilik/pengawas (episkopos), penatua (presbyteros) dan pelayan (diakonos). Struktur ini kemudian berkembang menjadi struktur hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon seperti yang kita kenal sekarang sesuai dengan tingkatan tahbisannya.
Jabatan uskup dalam Gereja Katolik berakar dalam tradisi para rasul. Iman dan ajaran para rasul yang diteruskan kepada jemaat membutuhkan jabatan tertentu di dalam gereja yang memberikan jaminan akan orisinalitasnya. Sebab itu, seorang uskup adalah pewaris jabatan dan panggilan para rasul. Para rasul disebut juga kelompok keduabelasan, yaitu mereka yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup bersama mereka. Iman yang mereka dengar dan hayati berdasarkan kedekatan dan pengalaman dengan Yesus, kini dijamin keabsahan dalam penerusannya oleh para uskup, yang diyakini sebagai orang-orang yang diberi anugerah khusus untuk itu. Sejak Tertullian dan Ireneus dikenal istilah successio apostolica untuk menunjukkan jaminan keberlangsungan iman yang benar tersebut. Yesus memanggil orang-orang yang dikehendakiNya untuk melayani saudara/saudariNya. Dalam hal ini diyakini pula bahwa Yesus sendirilah yang menjadikan berbagai jabatan untuk melayani kesejahteraan gereja, tubuh mistikNya. Uskup adalah pewaris jabatan pelayanan para rasul.
Jabatan uskup disahkan melalui penumpangan tangan dan doa dalam upacara pentahbisan oleh uskup lain. Meskipun demikian, tetap Tuhan sendirilah yang memberi kekuatan dan kemampuan. Jabatan uskup sebagai kelanjutan jabatan para rasul berdasarkan pada kehendak Kristus. Yang utama di sini adalah bahwa jabatan uskup, sebagaimana jabatan para rasul, adalah jabatan pelayanan. Para rasul melayani umat beriman agar semakin berakar di dalam kesatuan iman yang hidup dengan Allah yang diwartakan Kristus. Bersama Kristus, para rasul menghayati pelayanan mereka sebagai keberpihakan terhadap orang-orang yang lemah dan tertindas. Kesatuan dengan iman para rasul yang ditunjukkan uskup mesti menjadi nyata dalam keberpihakan yang jelas terhadap kelompok orang yang menjadi pilihan keberpihakan Yesus dan para rasulnya.
Dari sini jelaslah, bahwa adanya jabatan uskup di dalam gereja lahir dari kebutuhan akan adanya jaminan orisinalitas iman yang berakar pada para rasul. Jabatan ini diperlukan agar gereja tetap setia pada tugasnya, supaya ada kontinuitas dengan iman dan penghayatan para rasul. Iman yang apostolis/rasuli ini mempersatukan umat. Jabatan uskup adalah personifikasi kesatuan iman dandengan demikian juga kesatuan jemaat. Dalam arti ini, uskup membentuk gereja atau jemaat setempat. Kesatuan dengan uskup merupakan jaminan kesatuan dalam gereja. Sebab itu, dalam gereja dikenal pernyataan: "Di mana uskup, di sana gereja". Gereja tidak dapat dilepaskan dari kesatuan dengan uskup, sejauh uskup bersatu dan menunjukkan kesetiaan pada tradisi para rasul yang melayani. Peran penjamin kesatuan dan kontinuitas ini menjadi alasan, mengapa di dalam Gereja Katolik hanya uskup yang berhak menahbiskan seseorang ke dalam satu jabatan hirarkis, entah sebagai diakon, iman atau uskup. (bersambung)
Pentahbisan Uskup Maumere
Ribuan tamu mulai berdatangan

Maumere, PK
Tiga hari menjelang upacara pentahbisan Uskup Maumere, Mgr. Vinsent Sensi Potokota, Pr, ribuan tamu dan umat mulai berdatangan ke Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Pantauan Pos Kupang, Kamis (20/4), para tamu berdatangan Maumere baik melalui jalur udara maupun darat.
Sejumlah penginapan di kota itu juga dipadati para tamu bahkan beberapa wisatawan Perancis yang ditemui di Bandara Waioti mengatakan mereka mendapat tempat penginapan di kampung Sikka. Suasana Kota Maumere dan sekitarnya tampak lebih ramai daripada hari-hari sebelumnya.
Dua dari 30 uskup se-Indonesia yang akan mengikuti upacara pentahbisan sudah tiba di Maumere sejak Selasa (18/4). Demikian juga dengan utusan koor dari Kevikepan Bajawa dan Ende sebanyak 200 orang sudah tiba di Maumere.
Ditemui di Gelora Samador-Maumere, Kamis (20/4), Ketua Umum Panitia Pentahbisan Uskup Maumere dan misa Pontifikal, Drs. Alexander Longginus mengungkapkan, sekitar 30.000 orang akan menghadiri acara pentahbisan tersebut meskipun undangan yang disebarkan hanya 4.300 undangan.
Saat memberikan keterangan kepada wartawan, Longginus yang juga Bupati Sikka itu didampingi Vikep Maumere, Rm Frans Fao, Pr, Kapolres Sikka, AKBP Drs Endang Syafruddin, Drs Yoseph Ansar Rera, Drs. AM Keupung, dr. I Henyo Kerong dan unsur panitia lainnya.
Menurut Longginus, undangan yang dipastikan akan hadir di antaranya konsuler kedutaan Vatikan, Kardinal Julius Darmaatmadja, para pimpinan eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), rombongan uskup Jepang, 30 uskup se-Indonesia dan tiga administrator. Sementara tamu dari unsur pemerintahan antara lain Dirjen Bimas Katolik, anggota DPR RI/ DPD dari NTT, Gubernur dan muspida, pimpinan dan anggota DPRD NTT, Bupati dan wakil bupati Kupang, Bupati dan wakil bupati Ende, Bupati Ngada, Wakil Bupati Belu, Bupati Lembata, Bupati Manggarai, Bupati dan Wakil Bupati Flotim serta tokoh masyarakat Flores dari Jakarta dan berbagai daerah lainnya di Indonesia..
Beberapa kegiatan menjelang pentahbisan di antaranya pameran di Gelora Samador yang dibuka Sejak hari Selasa (18/4) hingga Jumat (21/4), sementara kegiatan hari ini berupa gladi untuk acara liturgi dan latihan koor bersama dari Kevikepan Maumere, Ende dan Bajawa.
Panitia juga telah mempersiapkan beberapa tempat untuk penginapan di antaranya Ledalero, Ritapiret, Biara Sang Timur, Biara Pasionis Nilo, Hotel Wailiti, Winirai, Maiwali, Gardena, Pelita, Permata Sari, Sao Wisata serta ruangan VIP di RSUD TC Hillers Maumere dan Asrama Transito Maumere. (ira)

No comments: